Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan
sudah ditetapkan sebagai busana nasional Indonesia. Pakaian ini melambangkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan dan keteguhan perempuan Indonesia.
Dikutip dari buku berjudul 'Chic In Kebaya' karya Ria Pentasari, kebaya memiliki asal-usul yang menarik. Dalam catatan sejarah, kata 'kebaya' berasal dari bahasa Arab, Tiongkok, dan Portugis yang menjadikan tiga bangsa tersebut terkait erat dengan asal muasal kebaya. Dalam sebuah catatan, tercatat bahwa kebaya berasal dari bahasa Arab 'habaya' yang artinya pakaian labuh yang memiliki belahan di depan.
Berkaitan dengan ini, Denys Lombard yang merupakan sejarawan yang menekuni budaya Jawa, menyebutkan dalam bukunya bahwa kata kebaya berasal dari bahasa Arab 'kaba' yang berarti pakaian. Di masa kini, istilah Abaya juga masih dipergunakan dalam bahasa Arab untuk menunjuk tunik panjang khas Arab.
Ada juga yang mencatat bahwa kata kebaya diperkenalkan lewat bahasa Portugis saat bangsa ini mendarat di kawasan Asia Tenggara. Di masa itu kebaya digunakan untuk menunjuk atasan atau blouse yang dikenakan wanita Indonesia antara abad ke-15 dan 16 Masehi.
Perkembangan kebaya erat pula kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Indonesia sekitar abad ke-15. Pergeseran budaya berpakaian terlihat pada perkembangan kerajaan-kerajaan Jawa kuno ke era Kesultanan atau kerajaan Islam di Pulau Jawa. Sebelum abad ke-15, masyarakat Jawa kuno lebih lazim dengan kain panjang, tenun, ikat, maupun kemben.
Setiap unsur yang ada dalam sehelai kain kebaya melambangkan makna dan persona seorang perempuan Indonesia. Sebut saja, modelnya yang sederhana dan dipakai dengan paduan bawahan jarik/kain panjang. Hal ini melambangkan sifat dan tampilan perempuan yang lemah gemulai.
Kemudian, lilitan kain yang ketat, membuat perempuan bergerak dengan lembut dan kehalusan. Artinya, perempuan haruslah lembut dalam tutur kata, halus dalam bertindak. Potongan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh/melekat juga memiliki makna, perempuan harus bisa selalu menyesuaikan diri dengan keadaan dan mandiri. Serta stagen atau ikat pinggang kebaya, menyimbolkan usus yang panjang, dalam filosofi Jawa, bermakna punya kesabaran yang tinggi.
Bahan ini di rekomendasikan karena agak tebal namun tetap optimal dalam menyerap keringat. Bahan ini juga nyaman untuk dipakai dalam jangka waktu yang lama karena terasa lembut saat dipakai sehingga tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Ciri khasnya adalah motifnya yang timbul dan bisa mencakup 3 warna sekaligus, hal ini mampu memberikan kesan mewah dan elegan.
Bahan kebaya ini cocok bagi yang memiliki budget terbatas. Memiliki karakter yang tebal dan motifnya yang rapat, namun lebih kaku dibanding Brokat Prancis. Soal keawetannya, kain brokat semi prancis tergolong lebih kuat dan nggak mudah sobek. Bahan ini mampu memberikan kesan mewah, elegan, serta memancarkan aura dirimu.
Kebaya berbahan kain sutra sangatlah cocok digunakan wanita yang tinggal di iklim tropis karena kain sutra memiliki karakteristik halus, ringan, berkilau, serta mampu menyerap keringat dengan baik. Kain yang lembut ini juga bisa difungsikan untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV, maka tak heran juga jika harganya cukup tinggi.